stand up for LIFE

Selasa, 13 November 2012

SAY NO TO NAPZA !!!


OBAT PSIKOTROPIKA BERBAHAYA
Obat yang mempengaruhi sistem saraf sangat banyak. Berdasarkan cara kerja dan sifatnya obat yang mempengaruhi sistem saraf dapat dikelompokkkan menjadi
Obat yang mempengaruhi sistem saraf parasimpatik yang terdiri atas obat-obat kolinergik, antikolinergik dan antikolinesterase
Obat yang mempengaruhi sistem saraf simpatik yang terdiri atas obat adrenergik dan antiadrenergik
Obat anastetik dan analgesik
obat antiepilepsi

Obat-obat Sistem Saraf Otonom
Secara anatomi sususnan saraf otonom terdiri atas saraf praganglion, gangl;ion dan pasca ganglion yang mempersarafi sel efektor. Serat eferen persarafan otonom terbagi atas (Gambar-1) sistem persarafan simpatis dan parasimpatis.
Sistem saraf simpatis (Torakolumbal segmen susunan saraf otonom) disalurkan melalui serat torakolumbal 1 sampai lumbal 3. Serat saraf eferennya kemudian berjalan ke ganglion vertebral, pravertebral dan ganglia terminal. Sistem persarafan parasimpatis (segmen kraniosakral susunan saraf otonom) disalurkan melalui beberapa saraf kranial yaitu N III, N.VII, N.IX, N.X dan serat saraf yang berasal dari sakral 3 dan 4.

. Obat-obat yang bekerja pada persarafan otonom terbagi 2 yaitu obat-obat kolinergik dan adrenergik.
1.     Obat yang mempengaruhi sistem saraf parasimpatik yang terdiri atas obat-obat kolinergik, antikolinergik dan antikolinesterase

Obat-obat kolinergik dan antikolinesterase
Obat otonom yang merangsang sel efektor yang dipersarafi serat dapat dibagi menjadi 3 yaitu
1. Ester kolin dalam golongan ini termasuk asetilkolin, metakolin, karbakol, beta karbakol. Indikasi obat kolinergik adalah iskemik perifer (penyakit Reynauld, trombofleibitis), meteorismus, retensi urin, feokromositoma
2. antikolinesterase, dalam golongan ini termasuk fsostigmin (eserin), prostigmin (neostigmin) dan diisopropilfluorofosfat (DFP). Obat antikolinesterase bekerja dengan menghambat kerja kolinesterase dan mengakibatkan suatu keadaan yang mirip dengan perangsangan saraf kolinergik secara terus menerus. Fisostigmin, prostigmin, piridostigmin menghambat secara reversibel, sebaliknya DFP, gas perang (tabun, sarin) dan insektisida organofosfat (paration, malation, tetraetilpirofosfat dan oktametilpirofosfortetramid (OMPA) menghambat secara irreversibel. Indikasi penggunaan obat ini adalah penyakit mata (glaukoma) biasanya digunakan fisostigmin,penyakit saluran cerna (meningkatkanperistalsis usus) basanya digunakan prostigmin, penyakit miastenia gravis biasanya digunakan prostigmin.
3. Alkaloid termasuk didalamnya muskarin, pilokarpin dan arekolin. Golongan obat ini yang dipakai hanyalah pilokarpin sebagai obat tetes mata untuk menimbulkan efek miosis.
Obat Antikolinergik
Obat antikolinergik (dikenal juga sebagai obat antimuskatrinik, parasimpatolitik, penghambat parasimpatis). Saat ini terdapat antikolinergik yang digunakan untuk
(1). mendapatkan efek perifer tanpa efek sentral misalnya antispasmodik
(2). Penggunaan lokal pada mata sebagai midriatikum
(3). Memperoleh efek sentral, misalnya untuk mengobati penyakit parkinson.
Contoh obat-obat antikolinergik adalah atropin, skopolamin, ekstrak beladona, oksifenonium bromida dan sebagainya. Indikasi penggunaan obat ini untuk merangsang susunan saraf pusat (merangsang nafas, pusat vasomotor dan sebagainya, antiparkinson), mata (midriasis dan sikloplegia), saluran nafas (mengurangi sekret hidung, mulut, faring dan bronkus, sistem kardiovaskular (meningkatkan frekuensi detak jantung, tak berpengaruh terhadap tekanan darah), saluran cerna (menghambat peristaltik usus/antispasmodik, menghambat sekresi liur dan menghambat sekresi asam lambung)
Obat antikolinergik sintetik dibuat dengan tujuan agar bekerja lebih selektif dan mengurangi efek sistemik yang tidak menyenangkan. Beberapa jenis obat antikolinergik misalnya homatropin metilbromida dipakai sebagai antispasmodik, propantelin bromida dipakai untuk menghambat ulkus peptikum, karamifen digunakan untuk penyakit parkinson.
2.      Obat yang mempengaruhi sistem saraf simpatik yang terdiri atas obat adrenergik dan antiadrenergik.
Obat Adrenergik
Obat ini disebut obat adrenergik karena efek yang ditimbulkannya mirip efek neurotransmitter norepinefrin dan epinefrin (dikenal juga sebagai obat noradrenergik dan adrenergik atau simpatik atau simpatomimetik). Kerja obat adrenergik dibagi dalam 6 jenis yaitu:
1.      perangsangan perifer terhadap otot polos pembuluh darahn kulit dan mukosa, kelenjar liur dan keringat
2.      penghambatan perifer terhadap otot polos usus, bronkus, dan pembuluh darah otot rangka
3.      perangsangan jantung dengan akibat peningkatan denyut jantung dan kekuatan kontraksi
4.      perangsangan SSP seperti peningkatan pernafasan, kewaspadaan, dan pengurangan nafsu makan
5.      efek metabolik mislnya peningkatan glikogenolisisdi hati dan otot, lipolisis dan pelepasan asam lemak bebas dari jaringan lemak
6.      efek endokrin misalnya mempengaruhi sekresi insulin, renin dan hormon hipofisis.
Mekanisme kerja obat adrenergik adalah merangsang reseptor alfa (a) dan beta (b) pada sel efektor. Efek obat adrenergik dapat dilihat pada tabel-1 dibawah ini
Penggunaan klinis epinefrin adalah pada
1.      Sistem kardiovaskular: terjadinya vasokonstriksi (tekanan darah meningkat), meningkatkan denyut jantung dan kekuatan kontraksi jantung
2.      Susunan Saraf Pusat: terjadinya kegelisahan, rasa kuatir, nyeri kepala dan tremor.
3.      Otot polos : efeknya berbeda tergantung pada jenis reseptor yang terdapat pada organ tersebut. Pada saluran cerna terjadi relaksasi otot polos saluran cerna, pada uterus terjadi penghambatan tonus dan kontraksi uterus, pada kandung kemih terjadi relaksasi otot detrusor kandung kemih, pada pernafasan menimbulkan relaksasi otot polos bronkus.
4.      Proses metabolik: menstimulasi glikogenolisis di sel-sel hati dan otot rangka, lipolisis dan pelepasan asam lemak bebas dari jaringan lemak
5.     lain-lain : menhambat sekresi kelenjar , menurunkan tekanan intraokular, mempercepat pembekuan darah
Efek samping epinefrin adalah perasaan takut, khawatir, gelisah, tegang, tremor, kepala berdenyut, palpitasi.
Obat-obat yang termasuk golongan adrenergik yaitu
Golongan katekolamin : epineprin, norepinefrin, isoproterenol, dopamin, dobutamin dan sebagainya
Golongan nonkatekolamin: amfetamin, metamfetamin, fenilpropanolamin, metaproterenol (orsiprenalin), terbutalin, efedrin dan sebagainya.


Obat Antiadrenergik
Penghambat adrenergik atau adrenolitik ialah golongan obat yang menghambat perangsangan adrenergik. Berdasarkan cara kerjanya obat ini dibedakan menjadi
1. penghambat adrenoseptor (adrenoseptor bloker) yaitu obat yang menduduki adrenoseptor baik alfa (a) maupun beta (b) sehingga menghalanginya untuk berinteraksi dengan obat adrenergik.
2. penghambat saraf adrenergik yaitu obat yang mengurangi respons sel efektor terhadap perangsangan saraf adrenergik. Obat ini bekerja dengan cara menghambat sintesis, penyimpanan, dan pelepasan neurotransmitter. Obat yang termasuk penghambat saraf adrenergik adalah guanetidinbetanidin, guanadrel, bretilium, dan reserpin. Semua obat golongan ini umumnya dipakai sebagai antihipertensi.
3. penghambat adrenergik sentral atau adrenolitik sentral yaitu obat yang menghambat perangsangan adrenergik di SSP.
Obat yang termasuk alfa bloker adalah derivat haloalkilamin (dibenamid dan fenoksibenzamin), derivat imidazolin (tolazolin, fentolamin), prazosin dan alfa bloker lain misalnya derivat alkaloid ergot dan yohimbin. Indikasi alfabloker adalah hipertensi, feokromositoma, fenomen Raynaud dan syok.
Obat yang termasuk beta bloker adalah isoproterenol, propanolol, asetabutolol, timolol, atenolol, oksiprenolol dan sebagainya. Obat betabloker digunakan untuk mengurangi denyut jantung dan kontraktilitas miokard, antihipertensi, bronkodilator, menghambat glikogenolisis di sel hati dan otot rangka, menhambat lipolisis menghambat sekresi renin. Efek samping betabloker adalah gagal jantung, bradiaritmia, bronkospasm, ekstremitas dingin, memperberat gejala penyakit Reynaud dan menyebabkan kambuhnya klaudikasio intermitten.
Obat penghambat saraf adrenergik bekerja dengan cara menghambat sintesis, penyimpanan, dan pelepasan neurotransmitter. Obat yang termasuk penghambat saraf adrenergik adalah guanetidinbetanidin, guanadrel, bretilium, dan reserpin. Semua obat golongan ini umumnya dipakai sebagai antihipertensi.
Obat penghambat adrenergik sentral atau adrenolitik sentral yaitu klonidin dan metildopa yang dipakai sebagai obat antihipertensi.
3.      Obat anastetik dan analgesik
A. Obat Anestetik
Istilah anestetik dikemukakan pertama kali oleh O.W. Holmes yang artinya tidak ada rasa sakit. Anestetik dibedkan menjadi 2 kelompok yaitu
Anestetik lokal yaitu penghilang rasa sakit tanpa disertai hilang kesadaran
Anestetik umum yaitu penghilang rasa sakit yang disertai hilangnya kesadaran.
Sejak dahulu sudah dikenal tindakan anestesi yang digunakan untuk mempermudah tindakan operasi. Orang Mesir dahulu menggunakan narkotik, sedangkan orang cina menggunakan Canabis indica dan pemukulan kepala dengan tongkat untuk menghilangkan kesadaran. Hal ini tidak memberikan keuntungan. Tahun 1776 ditemukan anestetik gas pertama yaitu N2O, tetapi anestetik gas ini kurang efektif sehingga diusahakan mencari zat lain.
Mekanisme kerja obat anestesi umum sampai sekarang belum jelas, meskipun mekanisme kerja susunan saraf pusat dan susunan saraf perifer mengalami banyak kemajuan pesat, maka timbullah berbagai teori. Beberapa teori yang dikemukan adalah
teori koloid
zat anestesi akan menggumpalkan sel koloid yang menimbulkan anestesi yang bersifat reversibel diikuti dengan proses pemulihan. Christiansen (1965) membuktikan bahwa pemberian eter dan halotan akan menghambat gerakan dan aliran protoplasma dalam amuba
teori lipid
Ada hubungan kelarutan zat anestetik dalam lemak dan timbulnya anestesi. Makin tinggi klerutan dalam lemak makin kuat sifat anestestetiknya. Teori ini cocok untk obat anestetik yang larut dalam lemak
teori adsorpsi dan tegangan permukaan
Pengumpulan zat anestesi pada permukaan sel menyebabkan proses metabolismadan transmisi neural terganggu sehingga timbul anestesi.
teori biokimia
pemberiaan zat anestesi invitro menghambat pengambilan oksigen di otak dengan cara menghambat sistem fosforilasi oksidatif. Akan tetapi hal ini mungkin hanya menyertai anestesi bukan penyebab anestesi.
5.     teori neurofisiologi
pemberian zat anestesi akan menurunkan transmisi sinaps di ganglion cervicalis superior dan menghambat formatio retikularis asenden untuk berfungsi mempertahankan kesadaran.
6.     teori fisika
zat anestesi dengan air di dalam susunan saraf pusat dapat membentuk mikrokristal sehingga menggangu fungsi sel otak.

Sebelum diberikan zat anestesi pada pasien diberikan medikasi preanestesi dengan tujuan untuk mengurangi kecemasan, memperlancar induksi, merngurangi keadaan gawat anestesi, mengurangi timbulnya hipersalivasi,bradikardia dan muntah sesudah atau selama anestesia. Untuk tindakan ini dapat digunakan:
a.     analgesia narkotik untuk mengurangi kecemasan dan ketegangan, mengurangi rasa sakit dan menghindari takipneu. Misalnya morfin atau derivatnya misalnya oksimorfin dan fentanil
b.     barbiturat biasanya diguankan untuk menimbulkan sedasi. Misalnya pentobarbital dan sekobarbital.
c.     Antikolinergik untuk menghindari hipersekresi bronkus dan kelenjar liur terutama pada anestesi inhalasi. Obat yang dapat digunakan misalnya sulfas atropin dan skopolamin.
d.     Obat penenang digunakan untuk efek sedasi, antiaritmia, antihistamin dan enti emetik. Misalnya prometazin, triflupromazin dan droperidol
Obat-obat anestesi umum yang digunakan dapat dikelompokkan menjadi
1. kelompok inhalasi (gas) : Nitrous oksida (N2O), siklopropan, eter, enfluran, isofluran, halaotan, metoksifluran, trikoretilen, etil klorida, fluroksen
2. anestesi parenteral (injeksi) dibagi menjadi beberapa golongan yaitu
a. Barbiturat, bekerja dengan blokade sistem stimulus di formasio retikularis sehingga kesadaran akan hilang. Efek samping yang dapat terjadi adalah depresi pusat nafas dan menurunnya kontraktilitas otot jantung. Contoh obatnya adalah natrium tiopental, ketamin
b. Droperidol dan Fentanil digunakan untuk menimbulkan analgesia neuroleptik dan anestesia neuroleptik (bila digunakan bersama N2O)
c. Diazepam, obat ini menyebabkan tidur dan penurunan kesadaran yang disertai nistagmus dan bicara lambat, tetapi tidak berefek analgesia sehingga harus dikombinasi dengan obat-obat analgesia.
d. Etomidat merupakan anestetik non barbiturat yang digunakan untuk induksi anestesi tetapi tidak berefek analgesia. Etomidat hanya menimbulkan efek minimal terhadap sistem kardiovaskular dan pernafasan. Efek anestesinya berlangsung segera, dalam waktu 1 menit pasien sudah tidak sadar.
Efek samping anestesi umum yang dapat terjadi adalah depresi miokardium dan hipotensi (anestesi inhalasi), depresi nafas (terutama anestesi inhalasi), gangguan fungsi hati ringan, gangguan fungsi ginjal, hipotermia dan menggigil pasca operasi, batuk dan spasme laring serta delirium selama masa pemulihan.
Obat anestetik lokal adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup. Obat ini bekerja pada setiap bagian saraf. Pemberian anestetik lokal pada kulit akan menghambat transmisi impuls sensorik, sebaliknya pemberian anestetik lokal pada batang saraf menyebabkan paralisis sensorik dan motorik di daerah yang dipersarafinya. Mekanisme kerja anestetik lokla adalah mencegah konduksi dan timbulnya impuls saraf. Tempat kerjanya terutama di membran sel. Obat anestetik lokal dikelompokkan menjadi
1. Kokain
2. Anestetik lokal sintetik seperti prokain, lidokain , butetamid, dibukain,
mepivakain, tetrakain dan sebagainya.





Tehnik pemberian anestetik lokal dapat berupa
1.   anestetik permukaan yaitu penyuntikan obat anestetik secara permukaan misalnya pada kulit, selaput lendir mulut, faring dan esofagus
2.   anestetik infiltrasi yaitu penyuntikan untuk menimbulkan anestesi pada ujung saraf melalui kontak langsung dengan obat. Cara anestesi infiltrasi yang sering digunakan adalah ring block.
3.   anestetik blok yaitu anestesi bertujuan untuk mempengaruhi konduksi saraf otonom maupun somatis dengan anestesi lokal. Hal ini bervariasi dari blokade pada saraf tunggal misalnya saraf oksipital, pleksus brachialis, sampai ke anestesia epidural dan spinal.
4.   anestetik spinal yaitu anestesi blok yang lebih luas.
B. Obat Analgesik
Obat-obat analgesik ini juga mempunyai sifat antipiretik dan antiinflamasi, tetapi ada perbedaan dari masing-masing obat, contohnya parasetamol bersifat antipiretik dan analgesik tetapi sifat antiinflamasinya lemah sekali.
Efek samping obat-obat analgesik yang paling sering adalah iritasi pada lambung hingga tukak lambung, gangguan fungsi trombosit akibat penghambatan biosintesa tromboksan A2 (TXA2) dengan akibat perpanjangan waktu perdarahan, gangguan fungsi ginjal dan fungsi hati pada pemamakaian lama dan reaksi alergi.
Obat-obat yang tergolong analgesik adalah salisilat, paraaminofenol (fenasetin dan asetaminofen atau parasetamol), pirazolon (antipirin, aminopirin, dipiron), fenilbutazon dan oksifenbutazon. Obat AINS yang lainnya adalah asam mefenamat dan meklofenamat, diklofenak, fenbufen, ibuprofen, ketoprofen, nafroksen, indometasin, piroksikam.





2.2    BAHAYA MINUMAN BERALKOHOL
MINUMAN KERAS
Minuman keras atau minuman beralkohol juga termasuk zat adiktif. Minuman keras dibedakan menjadi 3 golongan yaitu:
 1. Golongan A yaitu minuman keras yang berkadar alkohol 1%-5%, contohnya: Bir
 2. Golongan B yaitu minuman keras yang berkadar alkohol 5%-20%, contohnya: Anggur/wine
 3. Golongan C yaitu minuman keras yang berkadar alkohol 20%-45%, contohnya: arak, wiski, vodka.

 Namun zat organik yg terdapat dalam alkohol adalah etanol atau etil alkohol (C2H5OH). Alkohol berupa cairan bening.. tidak berwarna.. berbau khas.. dan mudah menguap. Alkohol dapat di peroleh dari hasil fermentasi atau peragian madu.. gula.. sari buah.. atau umbi umbian oleh mikroorganisme. Minuman dari hasil peragian dapat menghasilkan alkohol sampai 15% .. tetapi dengan proses penyulingan atau distilasi dapat di hasilkan alkohol 100%. Penyayan yg di hasilkan dari proses peragian merupakan komponen aktif dalam minuman bir.. anggur.. dan wiski.

 Jika kita minum alkohol dalam jumlah banyak dapat menekan aktivitas otak bagian atas. sehingga menghilangkan kesadaran. Pemakaian alkohol dalam jangka waktu lama dapat menginduksi dan meningkatkan metabolisme obat obatan.. mengurangi timbunan vitamin A dalam hati.. meningkatkan aktivitas zat zat racun yg terdapat pada hati dan zat zat yg dapat menimbulkan kanker.. menghambat pembentukan protein dan menyebabkan gangguan fungsi hati. Pemakain alkohol dapat menyebabkan ketagihan sehingga termasuk dalam zat adiktif.


 Alkohol yg diminum alkohol yg diminum akan cepat diserap ke dalam pembuluh darah kemudian di sebarluaskan ke seluruh jaringan dan cairan tubuh. Semakin tinggi kadar alkohol dalam minuman.. akan akan semakin cepat penyerapan ke dalam darah kita. Di dalam hati.. alkohol akan dioksidasi atau dibakar. Apabila alkohol yg diminum terlalu banyak.. tidak semua alkohol masuk ke hati.. sisa alkohol akan tinggal di dalam darah dan akan dibawa sampai otak. Di dalam otak apabila kadar alkohol masih sedikit.. maka peminum akan.. mengalami euphoria (perasaan gembira dan nyaman). Tetapi jika masuknya alkohol makin lama makin banyak akibat minuman alkohol secara terus menerus maka orang itu akan mengantuk dan tertidur bahkan dapat meninggal.

 a. Akibat yg ditimbulkan dari minum minuman beralkohol

 1. Pengaruh langsung setelah minum
kehilangan keseimbangan tubuh
pusing.. merasa gembira.. kulit menjadi merah
perasaan ingatan menjadi tumpul
dalam dosis tinggi menjadi mabok.. tindakan tidak terkontrol.. dan kendali diri berkurang.

 2. Pengaruh pada system pernapasan
denyut jantung dan pernapasan lambat

 3. Pada system pencernaan

selera makan hilang dan kekurangan makan
peradangan hati
kanker mulut.. kerongkongan dan lambung
luka dan radang lambung

 4. Pada system jantung dan pembulu darah
pembengkakan jantung
kegagalan fungsi jantung

 5 Pada system reproduksi dan pengaruh pada bayi.
pada ibu hamil dapat menyebabkan cacat bayi yg dikandung, abortus, kelahiran prematur
pada pria dapat menyebabkan impotensi

 6. Pada system saraf pusat
menghambat fungsi otak yg mengontrol pernapasan dan denyut jantung sehingga dapat menimbulkan kematian
dapat menyebabkan hilangnya memory (amnesia) sakit jiwa.. kerusakan tetap pada otak dan system saraf.


 Dengan banyaknya akibat negatif yg di timbulkan oleh minuman keras yg bersifat candut.. akibat yg ditimbulkan tidak hanya akan dirasakan oleh si peminum saja .. Jadi sudah sewajarnya keberadaan zat zat adiktif di sekitarmu. Misalkan rokok mempunyai bahaya yg lebih daripada manfaatnya. Sudah banyak pula pelajar di usia dini sudah kecanduaan minum minuman beralkohol. Serendah apapun kadar alkohol yg terdapat dalam minuman.. tetap berbahaya apabila jumlah banyak dan juga membuat mabok. Sudah banyak korban yg berjatuhan dari kecelakaan kecelakaan yg disebabkan oleh pemabuk yg mengemudikan kendaraan bermotor.