OBAT PSIKOTROPIKA BERBAHAYA
Obat yang mempengaruhi sistem saraf sangat banyak.
Berdasarkan cara kerja dan sifatnya obat yang mempengaruhi sistem saraf dapat
dikelompokkkan menjadi
Obat yang mempengaruhi sistem saraf parasimpatik yang
terdiri atas obat-obat kolinergik, antikolinergik dan antikolinesterase
Obat yang mempengaruhi sistem saraf simpatik yang terdiri
atas obat adrenergik dan antiadrenergik
Obat anastetik dan analgesik
obat antiepilepsi
Obat-obat Sistem Saraf Otonom
Secara anatomi sususnan saraf otonom terdiri atas saraf
praganglion, gangl;ion dan pasca ganglion yang mempersarafi sel efektor. Serat
eferen persarafan otonom terbagi atas (Gambar-1) sistem persarafan simpatis dan
parasimpatis.
Sistem saraf simpatis (Torakolumbal segmen susunan saraf
otonom) disalurkan melalui serat torakolumbal 1 sampai lumbal 3. Serat saraf
eferennya kemudian berjalan ke ganglion vertebral, pravertebral dan ganglia
terminal. Sistem persarafan parasimpatis (segmen kraniosakral susunan saraf
otonom) disalurkan melalui beberapa saraf kranial yaitu N III, N.VII, N.IX, N.X
dan serat saraf yang berasal dari sakral 3 dan 4.
. Obat-obat yang bekerja
pada persarafan otonom terbagi 2 yaitu obat-obat kolinergik dan adrenergik.
1. Obat yang
mempengaruhi sistem saraf parasimpatik yang terdiri atas obat-obat kolinergik,
antikolinergik dan antikolinesterase
Obat-obat kolinergik dan antikolinesterase
Obat otonom yang merangsang sel efektor yang dipersarafi
serat dapat dibagi menjadi 3 yaitu
1. Ester kolin dalam golongan ini termasuk asetilkolin,
metakolin, karbakol, beta karbakol. Indikasi obat kolinergik adalah iskemik
perifer (penyakit Reynauld, trombofleibitis), meteorismus, retensi urin,
feokromositoma
2. antikolinesterase, dalam golongan ini termasuk fsostigmin
(eserin), prostigmin (neostigmin) dan diisopropilfluorofosfat (DFP). Obat
antikolinesterase bekerja dengan menghambat kerja kolinesterase dan
mengakibatkan suatu keadaan yang mirip dengan perangsangan saraf kolinergik
secara terus menerus. Fisostigmin, prostigmin, piridostigmin menghambat secara
reversibel, sebaliknya DFP, gas perang (tabun, sarin) dan insektisida
organofosfat (paration, malation, tetraetilpirofosfat dan
oktametilpirofosfortetramid (OMPA) menghambat secara irreversibel. Indikasi
penggunaan obat ini adalah penyakit mata (glaukoma) biasanya digunakan
fisostigmin,penyakit saluran cerna (meningkatkanperistalsis usus) basanya
digunakan prostigmin, penyakit miastenia gravis biasanya digunakan prostigmin.
3. Alkaloid termasuk didalamnya muskarin, pilokarpin dan
arekolin. Golongan obat ini yang dipakai hanyalah pilokarpin sebagai obat tetes
mata untuk menimbulkan efek miosis.
Obat Antikolinergik
Obat antikolinergik (dikenal juga sebagai obat
antimuskatrinik, parasimpatolitik, penghambat parasimpatis). Saat ini terdapat
antikolinergik yang digunakan untuk
(1). mendapatkan efek perifer tanpa efek sentral misalnya
antispasmodik
(2). Penggunaan lokal pada mata sebagai midriatikum
(3). Memperoleh efek sentral, misalnya untuk mengobati
penyakit parkinson.
Contoh obat-obat antikolinergik adalah atropin, skopolamin,
ekstrak beladona, oksifenonium bromida dan sebagainya. Indikasi penggunaan obat
ini untuk merangsang susunan saraf pusat (merangsang nafas, pusat vasomotor dan
sebagainya, antiparkinson), mata (midriasis dan sikloplegia), saluran nafas
(mengurangi sekret hidung, mulut, faring dan bronkus, sistem kardiovaskular
(meningkatkan frekuensi detak jantung, tak berpengaruh terhadap tekanan darah),
saluran cerna (menghambat peristaltik usus/antispasmodik, menghambat sekresi
liur dan menghambat sekresi asam lambung)
Obat antikolinergik sintetik dibuat dengan tujuan agar
bekerja lebih selektif dan mengurangi efek sistemik yang tidak menyenangkan.
Beberapa jenis obat antikolinergik misalnya homatropin metilbromida dipakai
sebagai antispasmodik, propantelin bromida dipakai untuk menghambat ulkus
peptikum, karamifen digunakan untuk penyakit parkinson.
2. Obat yang
mempengaruhi sistem saraf simpatik yang terdiri atas obat adrenergik dan
antiadrenergik.
Obat Adrenergik
Obat ini disebut obat adrenergik karena efek yang
ditimbulkannya mirip efek neurotransmitter norepinefrin dan epinefrin (dikenal
juga sebagai obat noradrenergik dan adrenergik atau simpatik atau
simpatomimetik). Kerja obat adrenergik dibagi dalam 6 jenis yaitu:
1. perangsangan
perifer terhadap otot polos pembuluh darahn kulit dan mukosa, kelenjar liur dan
keringat
2. penghambatan
perifer terhadap otot polos usus, bronkus, dan pembuluh darah otot rangka
3. perangsangan
jantung dengan akibat peningkatan denyut jantung dan kekuatan kontraksi
4. perangsangan
SSP seperti peningkatan pernafasan, kewaspadaan, dan pengurangan nafsu makan
5. efek metabolik
mislnya peningkatan glikogenolisisdi hati dan otot, lipolisis dan pelepasan
asam lemak bebas dari jaringan lemak
6. efek endokrin
misalnya mempengaruhi sekresi insulin, renin dan hormon hipofisis.
Mekanisme kerja obat adrenergik adalah merangsang reseptor
alfa (a) dan beta (b) pada sel efektor. Efek obat adrenergik dapat dilihat pada
tabel-1 dibawah ini
Penggunaan klinis epinefrin adalah pada
1. Sistem
kardiovaskular: terjadinya vasokonstriksi (tekanan darah meningkat), meningkatkan
denyut jantung dan kekuatan kontraksi jantung
2. Susunan Saraf
Pusat: terjadinya kegelisahan, rasa kuatir, nyeri kepala dan tremor.
3. Otot polos :
efeknya berbeda tergantung pada jenis reseptor yang terdapat pada organ
tersebut. Pada saluran cerna terjadi relaksasi otot polos saluran cerna, pada
uterus terjadi penghambatan tonus dan kontraksi uterus, pada kandung kemih
terjadi relaksasi otot detrusor kandung kemih, pada pernafasan menimbulkan
relaksasi otot polos bronkus.
4. Proses metabolik:
menstimulasi glikogenolisis di sel-sel hati dan otot rangka, lipolisis dan
pelepasan asam lemak bebas dari jaringan lemak
5. lain-lain :
menhambat sekresi kelenjar , menurunkan tekanan intraokular, mempercepat
pembekuan darah
Efek samping epinefrin adalah perasaan takut, khawatir,
gelisah, tegang, tremor, kepala berdenyut, palpitasi.
Obat-obat yang termasuk golongan adrenergik yaitu
Golongan katekolamin : epineprin, norepinefrin,
isoproterenol, dopamin, dobutamin dan sebagainya
Golongan nonkatekolamin: amfetamin, metamfetamin,
fenilpropanolamin, metaproterenol (orsiprenalin), terbutalin, efedrin dan
sebagainya.
Obat Antiadrenergik
Penghambat adrenergik atau adrenolitik ialah golongan obat
yang menghambat perangsangan adrenergik. Berdasarkan cara kerjanya obat ini
dibedakan menjadi
1. penghambat adrenoseptor (adrenoseptor bloker) yaitu obat
yang menduduki adrenoseptor baik alfa (a) maupun beta (b) sehingga
menghalanginya untuk berinteraksi dengan obat adrenergik.
2. penghambat saraf adrenergik yaitu obat yang mengurangi
respons sel efektor terhadap perangsangan saraf adrenergik. Obat ini bekerja
dengan cara menghambat sintesis, penyimpanan, dan pelepasan neurotransmitter.
Obat yang termasuk penghambat saraf adrenergik adalah guanetidinbetanidin,
guanadrel, bretilium, dan reserpin. Semua obat golongan ini umumnya dipakai
sebagai antihipertensi.
3. penghambat adrenergik sentral atau adrenolitik sentral
yaitu obat yang menghambat perangsangan adrenergik di SSP.
Obat yang termasuk alfa bloker adalah derivat haloalkilamin
(dibenamid dan fenoksibenzamin), derivat imidazolin (tolazolin, fentolamin),
prazosin dan alfa bloker lain misalnya derivat alkaloid ergot dan yohimbin.
Indikasi alfabloker adalah hipertensi, feokromositoma, fenomen Raynaud dan syok.
Obat yang termasuk beta bloker adalah isoproterenol,
propanolol, asetabutolol, timolol, atenolol, oksiprenolol dan sebagainya. Obat
betabloker digunakan untuk mengurangi denyut jantung dan kontraktilitas
miokard, antihipertensi, bronkodilator, menghambat glikogenolisis di sel hati
dan otot rangka, menhambat lipolisis menghambat sekresi renin. Efek samping
betabloker adalah gagal jantung, bradiaritmia, bronkospasm, ekstremitas dingin,
memperberat gejala penyakit Reynaud dan menyebabkan kambuhnya klaudikasio
intermitten.
Obat penghambat saraf adrenergik bekerja dengan cara
menghambat sintesis, penyimpanan, dan pelepasan neurotransmitter. Obat yang
termasuk penghambat saraf adrenergik adalah guanetidinbetanidin, guanadrel,
bretilium, dan reserpin. Semua obat golongan ini umumnya dipakai sebagai
antihipertensi.
Obat penghambat adrenergik sentral atau adrenolitik sentral
yaitu klonidin dan metildopa yang dipakai sebagai obat antihipertensi.
3. Obat anastetik
dan analgesik
A. Obat Anestetik
Istilah anestetik dikemukakan pertama kali oleh O.W. Holmes
yang artinya tidak ada rasa sakit. Anestetik dibedkan menjadi 2 kelompok yaitu
Anestetik lokal yaitu penghilang rasa sakit tanpa disertai
hilang kesadaran
Anestetik umum yaitu penghilang rasa sakit yang disertai hilangnya
kesadaran.
Sejak dahulu sudah dikenal tindakan anestesi yang digunakan
untuk mempermudah tindakan operasi. Orang Mesir dahulu menggunakan narkotik,
sedangkan orang cina menggunakan Canabis indica dan pemukulan kepala dengan
tongkat untuk menghilangkan kesadaran. Hal ini tidak memberikan keuntungan.
Tahun 1776 ditemukan anestetik gas pertama yaitu N2O, tetapi anestetik gas ini
kurang efektif sehingga diusahakan mencari zat lain.
Mekanisme kerja obat anestesi umum sampai sekarang belum
jelas, meskipun mekanisme kerja susunan saraf pusat dan susunan saraf perifer
mengalami banyak kemajuan pesat, maka timbullah berbagai teori. Beberapa teori
yang dikemukan adalah
teori koloid
zat anestesi akan menggumpalkan sel koloid yang menimbulkan
anestesi yang bersifat reversibel diikuti dengan proses pemulihan. Christiansen
(1965) membuktikan bahwa pemberian eter dan halotan akan menghambat gerakan dan
aliran protoplasma dalam amuba
teori lipid
Ada hubungan kelarutan zat anestetik dalam lemak dan
timbulnya anestesi. Makin tinggi klerutan dalam lemak makin kuat sifat
anestestetiknya. Teori ini cocok untk obat anestetik yang larut dalam lemak
teori adsorpsi dan tegangan permukaan
Pengumpulan zat anestesi pada permukaan sel menyebabkan
proses metabolismadan transmisi neural terganggu sehingga timbul anestesi.
teori biokimia
pemberiaan zat anestesi invitro menghambat pengambilan
oksigen di otak dengan cara menghambat sistem fosforilasi oksidatif. Akan
tetapi hal ini mungkin hanya menyertai anestesi bukan penyebab anestesi.
5. teori neurofisiologi
pemberian zat anestesi akan menurunkan transmisi sinaps di
ganglion cervicalis superior dan menghambat formatio retikularis asenden untuk
berfungsi mempertahankan kesadaran.
6. teori fisika
zat anestesi dengan air di dalam susunan saraf pusat dapat
membentuk mikrokristal sehingga menggangu fungsi sel otak.
Sebelum diberikan zat anestesi pada pasien diberikan
medikasi preanestesi dengan tujuan untuk mengurangi kecemasan, memperlancar
induksi, merngurangi keadaan gawat anestesi, mengurangi timbulnya
hipersalivasi,bradikardia dan muntah sesudah atau selama anestesia. Untuk
tindakan ini dapat digunakan:
a. analgesia
narkotik untuk mengurangi kecemasan dan ketegangan, mengurangi rasa sakit dan
menghindari takipneu. Misalnya morfin atau derivatnya misalnya oksimorfin dan
fentanil
b. barbiturat
biasanya diguankan untuk menimbulkan sedasi. Misalnya pentobarbital dan
sekobarbital.
c. Antikolinergik
untuk menghindari hipersekresi bronkus dan kelenjar liur terutama pada anestesi
inhalasi. Obat yang dapat digunakan misalnya sulfas atropin dan skopolamin.
d. Obat penenang
digunakan untuk efek sedasi, antiaritmia, antihistamin dan enti emetik.
Misalnya prometazin, triflupromazin dan droperidol
Obat-obat anestesi umum yang digunakan dapat dikelompokkan
menjadi
1. kelompok inhalasi (gas) : Nitrous oksida (N2O),
siklopropan, eter, enfluran, isofluran, halaotan, metoksifluran, trikoretilen,
etil klorida, fluroksen
2. anestesi parenteral (injeksi) dibagi menjadi beberapa
golongan yaitu
a. Barbiturat, bekerja dengan blokade sistem stimulus di
formasio retikularis sehingga kesadaran akan hilang. Efek samping yang dapat
terjadi adalah depresi pusat nafas dan menurunnya kontraktilitas otot jantung.
Contoh obatnya adalah natrium tiopental, ketamin
b. Droperidol dan Fentanil digunakan untuk menimbulkan
analgesia neuroleptik dan anestesia neuroleptik (bila digunakan bersama N2O)
c. Diazepam, obat ini menyebabkan tidur dan penurunan
kesadaran yang disertai nistagmus dan bicara lambat, tetapi tidak berefek
analgesia sehingga harus dikombinasi dengan obat-obat analgesia.
d. Etomidat merupakan anestetik non barbiturat yang
digunakan untuk induksi anestesi tetapi tidak berefek analgesia. Etomidat hanya
menimbulkan efek minimal terhadap sistem kardiovaskular dan pernafasan. Efek
anestesinya berlangsung segera, dalam waktu 1 menit pasien sudah tidak sadar.
Efek samping anestesi umum yang dapat terjadi adalah depresi
miokardium dan hipotensi (anestesi inhalasi), depresi nafas (terutama anestesi
inhalasi), gangguan fungsi hati ringan, gangguan fungsi ginjal, hipotermia dan
menggigil pasca operasi, batuk dan spasme laring serta delirium selama masa
pemulihan.
Obat anestetik lokal adalah obat yang menghambat hantaran
saraf bila dikenakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup. Obat
ini bekerja pada setiap bagian saraf. Pemberian anestetik lokal pada kulit akan
menghambat transmisi impuls sensorik, sebaliknya pemberian anestetik lokal pada
batang saraf menyebabkan paralisis sensorik dan motorik di daerah yang
dipersarafinya. Mekanisme kerja anestetik lokla adalah mencegah konduksi dan
timbulnya impuls saraf. Tempat kerjanya terutama di membran sel. Obat anestetik
lokal dikelompokkan menjadi
1. Kokain
2. Anestetik lokal sintetik seperti prokain, lidokain ,
butetamid, dibukain,
mepivakain, tetrakain dan sebagainya.
Tehnik pemberian anestetik lokal dapat berupa
1. anestetik
permukaan yaitu penyuntikan obat anestetik secara permukaan misalnya pada
kulit, selaput lendir mulut, faring dan esofagus
2. anestetik
infiltrasi yaitu penyuntikan untuk menimbulkan anestesi pada ujung saraf
melalui kontak langsung dengan obat. Cara anestesi infiltrasi yang sering
digunakan adalah ring block.
3. anestetik blok
yaitu anestesi bertujuan untuk mempengaruhi konduksi saraf otonom maupun
somatis dengan anestesi lokal. Hal ini bervariasi dari blokade pada saraf
tunggal misalnya saraf oksipital, pleksus brachialis, sampai ke anestesia
epidural dan spinal.
4. anestetik spinal
yaitu anestesi blok yang lebih luas.
B. Obat Analgesik
Obat-obat analgesik ini juga mempunyai sifat antipiretik dan
antiinflamasi, tetapi ada perbedaan dari masing-masing obat, contohnya
parasetamol bersifat antipiretik dan analgesik tetapi sifat antiinflamasinya
lemah sekali.
Efek samping obat-obat analgesik yang paling sering adalah
iritasi pada lambung hingga tukak lambung, gangguan fungsi trombosit akibat
penghambatan biosintesa tromboksan A2 (TXA2) dengan akibat perpanjangan waktu
perdarahan, gangguan fungsi ginjal dan fungsi hati pada pemamakaian lama dan
reaksi alergi.
Obat-obat yang tergolong analgesik adalah salisilat,
paraaminofenol (fenasetin dan asetaminofen atau parasetamol), pirazolon
(antipirin, aminopirin, dipiron), fenilbutazon dan oksifenbutazon. Obat AINS
yang lainnya adalah asam mefenamat dan meklofenamat, diklofenak, fenbufen,
ibuprofen, ketoprofen, nafroksen, indometasin, piroksikam.
2.2 BAHAYA MINUMAN
BERALKOHOL
MINUMAN KERAS

1. Golongan A yaitu
minuman keras yang berkadar alkohol 1%-5%, contohnya: Bir
2. Golongan B yaitu
minuman keras yang berkadar alkohol 5%-20%, contohnya: Anggur/wine
3. Golongan C yaitu
minuman keras yang berkadar alkohol 20%-45%, contohnya: arak, wiski, vodka.
Namun zat organik yg
terdapat dalam alkohol adalah etanol atau etil alkohol (C2H5OH). Alkohol berupa
cairan bening.. tidak berwarna.. berbau khas.. dan mudah menguap. Alkohol dapat
di peroleh dari hasil fermentasi atau peragian madu.. gula.. sari buah.. atau
umbi umbian oleh mikroorganisme. Minuman dari hasil peragian dapat menghasilkan
alkohol sampai 15% .. tetapi dengan proses penyulingan atau distilasi dapat di
hasilkan alkohol 100%. Penyayan yg di hasilkan dari proses peragian merupakan
komponen aktif dalam minuman bir.. anggur.. dan wiski.

Alkohol yg diminum
alkohol yg diminum akan cepat diserap ke dalam pembuluh darah kemudian di
sebarluaskan ke seluruh jaringan dan cairan tubuh. Semakin tinggi kadar alkohol
dalam minuman.. akan akan semakin cepat penyerapan ke dalam darah kita. Di
dalam hati.. alkohol akan dioksidasi atau dibakar. Apabila alkohol yg diminum
terlalu banyak.. tidak semua alkohol masuk ke hati.. sisa alkohol akan tinggal
di dalam darah dan akan dibawa sampai otak. Di dalam otak apabila kadar alkohol
masih sedikit.. maka peminum akan.. mengalami euphoria (perasaan gembira dan
nyaman). Tetapi jika masuknya alkohol makin lama makin banyak akibat minuman
alkohol secara terus menerus maka orang itu akan mengantuk dan tertidur bahkan
dapat meninggal.
a. Akibat yg
ditimbulkan dari minum minuman beralkohol
1. Pengaruh langsung
setelah minum
ᄂ
kehilangan keseimbangan tubuh
ᄂ
pusing.. merasa gembira.. kulit menjadi merah
ᄂ
perasaan ingatan menjadi tumpul
ᄂ
dalam dosis tinggi menjadi mabok.. tindakan tidak terkontrol.. dan kendali diri
berkurang.
2. Pengaruh pada
system pernapasan
ᄂ
denyut jantung dan pernapasan lambat
3. Pada system
pencernaan
ᄂ
selera makan hilang dan kekurangan makan
ᄂ
peradangan hati
ᄂ
kanker mulut.. kerongkongan dan lambung
ᄂ
luka dan radang lambung
4. Pada system
jantung dan pembulu darah
ᄂ
pembengkakan jantung
ᄂ
kegagalan fungsi jantung
5 Pada system
reproduksi dan pengaruh pada bayi.
ᄂ
pada ibu hamil dapat menyebabkan cacat bayi yg dikandung, abortus, kelahiran
prematur
ᄂ
pada pria dapat menyebabkan impotensi
6. Pada system saraf
pusat
ᄂ
menghambat fungsi otak yg mengontrol pernapasan dan denyut jantung sehingga
dapat menimbulkan kematian
ᄂ
dapat menyebabkan hilangnya memory (amnesia) sakit jiwa.. kerusakan tetap pada
otak dan system saraf.
Dengan banyaknya
akibat negatif yg di timbulkan oleh minuman keras yg bersifat candut.. akibat
yg ditimbulkan tidak hanya akan dirasakan oleh si peminum saja .. Jadi sudah
sewajarnya keberadaan zat zat adiktif di sekitarmu. Misalkan rokok mempunyai
bahaya yg lebih daripada manfaatnya. Sudah banyak pula pelajar di usia dini
sudah kecanduaan minum minuman beralkohol. Serendah apapun kadar alkohol yg
terdapat dalam minuman.. tetap berbahaya apabila jumlah banyak dan juga membuat
mabok. Sudah banyak korban yg berjatuhan dari kecelakaan kecelakaan yg
disebabkan oleh pemabuk yg mengemudikan kendaraan bermotor.